Monday, February 11, 2019

CERPEN SD KELAS 6


DHAZ KORUN

Karya: RATU AULYA RAHMAH


          Terik matahari begitu menyengat.Rasa haus pun menyerang tenggorokan.Aku segera membuka tas punggungku lalu mengambil sebotol air mineral.Saat hendak kuteguk,aku terkejut melihat seseorang yang sedang terengah-engah,karena merasa iba aku pun memberinya botol minumku.
          “Hai” sapaku, sambil menyodorkan botol minumku padanya.”Ini minum saja,nggak apa-apa kok !” lanjutku meyakinkan dirinya.Segera ia mengambil botol minumku lalu meneguknya.Tak butuh waktu lama,air di botolku habis dalam beberapa detik.
          “Terima kasih ya” katanya sambil mengembalikan botol minumku.Lalu,kubalas dengan senyuman sambil berkata,”Sama-sama”.Aku pun kembali menyimpan botol minumku di tas punggungku.Setelah itu,aku terlibat dalam obrolan yang cukup panjang dengan orang yang mengaku bernama Desyca itu.
          Sejak saat itu,aku selalu bertemu dengan Desyca.Walaupun kita berbeda agama,kita tetap saling menghargai.Desyca selalu mengingatkanku untuk ke Gereja setiap Minggu-nya,begitupun sebaliknya aku selalu mengingatkan Desyca untuk melaksanakan shalat 5 waktunya.
“Sia besok kamu mau nggak kerumahku?” Tanya Desyca padaku.”Ayok aku mau banget kerumahmu.” Balasku.
Esoknya,setelah pulang sekolah aku segera mengganti bajuku,lalu mandi,kupilih baju bermotif polkadot serta celana kulot berwarna biru polos.”Mau kemana nih?” Tanya mamaku.”Mau pergi kerumah temen ma!” kataku.Aku pun segera berpamitan pada mama ku,lalu berangkat ke rumah Desyca menggunakan sepeda kesayanganku.
“Desyca! Desyca!” teriak ku di depan rumah besar.Tak lama kemudian,ayah Desyca muncul dan menyapaku “Halo nak! Ayo masuk!”.Ayah Desyca segera beranjak pergi dari hadapanku.Tak lama,Desyca pun muncul dengan wajah yang sangat riang.Kami pun bermain bersama,kami membuat kue coklat ala kami sendiri,bermain sepeda-sepedaan,dan bercerita bersama.
Waktu shalat Ashar pun telah tiba,aku segera menyuruh Desyca melaksanakan shalat,akan tetapi ia tidak beranjak dari tempatnya bermain game.Karena kesal,aku segera menyirami Desyca dengan air,ia pun sadar,aku kira Desyca akan marah padaku,tetapi tidak.Dia tidak marah padaku,ia malah tertawa melihatku,”Siap bosku.” Kata Desyca sembari pergi mengambil air wudhu.
Setelah Desyca shalat,aku melanjutkan permainanku dengan Desyca.Namun,aku merasa lapar,Desyca pun memberiku sebungkus roti untuk kumakan.Kulirik jam tanganku,rupanya waktu telah menunjukkan pukul 16:47,aku pun pamit pada Desyca untuk pulang,karena waktu sore hampir habis.”Dhaz korun Desyca!” teriakku dari kejauhan.Di perjalanan pulang,aku merasa sangat bahagia,aku sangat senang bisa bermain bersama Desyca sepanjang hari.
Akan tetapi,suatu kejadian menimpa Desyca.Saat sedang bermain bersama Desyca di halaman rumahku,Desyca tiba-tiba merasakan nyeri pada kepalanya.Esoknya pun ia mual dan muntah,aku merasa kasihan pada Desyca,aku pun pergi menjenguknya.Desyca sangat lemas dan pucat,aku sampai ingin menangis melihatnya terbaring lemas.”Om,Desyca udah di bawa kedokter belum?” tanyaku.”Belum nak,om belum sempat karena banyak pekerjaan.” Kata ayah Desyca sedih.
Beberapa hari setelah aku menjenguk Desyca,Desyca pun pergi berobat ke dokter.Aku pun turut mengantar Desyca pergi ke dokter.Betapa sedihnya diriku dan kedua orangtua Desyca mendengar kabar bahwa Desyca mengidap penyakit kanker otak.Sejak itu Desyca pun dirawat di rumah sakit,setiap hari aku pergi menjenguknya ke rumah sakit.
Keadaan Desyca semakin parah,aku tak bisa membendung air mataku melihat sahabatku terbaring lemah dan tak berdaya,lama-kelamaan rambut Desyca pun mulai rontok akibat kemoterapi.Aku selalu menguatkan sahabatku agar bisa bertahan melawan penyakitnya,”Desyca kamu harus kuat ya,kalo kamu pergi aku jadi nggak punya teman,pokoknya kalo kamu udah sembuh aku bakalan beliin kamu game kesukaanmu.” Kataku lirih.
Hari demi hari kulewati dengan perasaan sedih.Sudah dua minggu Desyca di rawat di rumah sakit.Aku terus berdoa pada Tuhan agar Desyca diberi kesembuhan.Dan ternyata, Tuhan mengabulkan doaku.Aku sangat senang karena sahabat baikku telah pulih kembali,uangku pun sudah cukup untuk membelikan Desyca game kesukaannya.Dia sudah bisa tertawa lepas dan tersenyum riang.
Aku sangat bersyukur sahabatku satu-satunya tidak mendekam di rumah sakit lagi,tak ada lagi wajah murung dan air mata di pipinya.Aku pun kembali riang dan bersemangat.Aku kembali bermain bersama Desyca,memasak,main sepeda,dan bercerita.Rambut Desyca pun sudah kembali seperti semula.
Aku sangat berharap aku bisa bersahabat dengan Desyca selama-lamanya.Akan tetapi,Tuhan berkehendak lain.Kanker yang lebih kuat dari sebelumnya menyerang Desyca.Senyum dan tawa riang Desyca hilang begitu saja.”Sia kok kamu sedih sih? Bentar lagi aku bakal sembuh kok,rasa sakitku akan hilang.Kalo aku sembuh,kamu janji ya kita main game bareng,kamu harus cobain main game yang kamu kasih ke aku,seru banget!!” kata Desyca sambil tersenyum menahan rasa sakitnya.Aku tetap melanjutkan tangisku,kupeluk erat-erat sahabatku itu seraya berkata,”Iya aku janji,kita bakal main game bareng.Tapi kamu jangan ninggalin aku ya?”.Desyca hanya tersenyum.Lalu,aku melirik jam tanganku,”Sudah pukul 15:32” batinku.Aku pun pamit pulang pada Desyca dan kedua orang tua Desyca.  
Hari – hari berlalu,Desyca tak kunjung pulih,kini ia hanya bisa memejamkan matanya sambil terbaring lemah,ia sudah tak bisa bicara dan tersenyum lagi.Saat aku sedang berdoa pada Tuhan,kulihat Desyca sudah bisa membuka matanya,dengan perasaan bahagia aku segera pergi ke sebelah kasurnya,aku pun memanggil ayah dan ibu Desyca,”Om,tante! Desyca udah siuman!”.Kedua orangtua Desyca pun segera mengahmpiri Desyca.
“Bu,ayah Desyca minta maaf ya,kalo Desyca punya salah.Sia,kamu teman terbaikku,kamu jangan lupain aku selama-lamanya ya!” ucap Desyca menahan rasa sakit.”Dhaz korun my best friend!” lanjutnya sambil tersenyum.Aku sangat terkejut,mendengar kata-kata yang dilontarkan Desyca,aku takut Desyca akan benar-benar pergi meninggalkanku,dan ternyata dugaanku benar.Desyca menghembuskan nafas terakhirnya tak lama setelah ia mengucapkan salam perpisahan.
Aku tak bisa membendung air mataku,aku menangis sepanjang hari.”Desyca,sakitmu udah nggak ada kan? Kamu udah tenang kan disana?Dhaz korun my best partner!” Semoga Desyca mendengar salam perpisahanku untuknya.Dhaz korun!




No comments:

Post a Comment

MATERI P3K "MATEMATIKA"

  Bahan Belajar Bilangan Asli, Cacah dan Bulat Konsep Dasar Bilangan Asli, Cacah dan Bulat Bilangan adalah suatu unsur atau objek yang tidak...